Biografi Muhammad Jusuf Kalla

Muhammad Jusuf KallaMuhammad Jusuf Kalla (JK) lahir di Wattampone, Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), 15 Mei 1942. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana pada Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 1967 dan lulus The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis, 1977.

Sejak muda, JK telah menempa diri dalam sejumlah organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan. Dia tercatat sebagai ketua HMI Cabang Makassar 1965-1966, ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) 1965-1966, serta ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) 1967-1969.

Pada 1965, setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), anak pasangan Haji Kalla dan Hajah Athirah ini terpilih menjadi ketua Pemuda Sekber Golkar Sulsel dan Tenggara (1965-1968). Sejak tingkat akhir kuliahnya di Unhas, JK sudah ter­pilih menjadi anggota DPRD Pro­vinsi Sulsel periode 1965-1968 mewakili Sekber Golkar.

Sebelum terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar dalam Munas pada Desember 2004 di Bali, JK tercatat sebagai anggota Dewan Penasihat DPP Golkar dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) utusan Golkar (1982-1987), serta anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999).

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, JK dipercayakan selama ku­rang dari setahun (1999-2000) sebagai Menteri Perindustrian dan Perda­gangan RI merangkap kepala Bulog. Karirnya di pemerintahan ber­lanjut dalam kabinet Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004) sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra).

JK berjasa meletakkan kerangka perdamaian di daerah konflik Poso dan Ambon melalui pertemuan Malino I dan Malino II. Serangkaian pertemuan itu berhasil meredakan dan menyelesaikan konflik di antara komunitas Kristen dan Islam.

Menjelang Pemilu Presiden 2004, JK mengundurkan diri dari ja­batan Menko Kesra RI. Dia lan­tas mengikuti konvensi calon pre­si­den Partai Golkar. Namun, dia mundur karena memilih menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY-JK terpilih sebagai presiden ke-6 dan wapres ke-10 serta pasangan presiden-wapres pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Kunjungan kerjanya sebagai Menko Kesra ke Nanggroe Aceh Da­russalam (NAD) pada awal 2004 memberinya inspirasi untuk menerapkan pengalaman pe­nyelesaian konflik Ambon-Poso di NAD. Setelah serangkaian perundingan selama satu tahun, kesepakatan perdamaian untuk NAD antara wakil pemerintah dan tokoh-tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ditandatangani di Helsinki pada 15 Agustus 2005.

Sebelum terjun ke pemerintahan, JK merupakan pengusaha sukses. Perusahaan kecil yang dirintis ayahnya, NV Hadji Kalla, diserah­kan kepadanya sesaat setelah dia diwisuda menjadi sarjana ekonomi di Unhas. Di tangan JK, perusaha­an distributor dan eksporter hasil bumi itu dikembangkan sebagai per­usahaan holding. Anak usahanya, antara lain, PT Bumi Karsa (konstruksi), PT Bukaka Teknik Utama (rekayasa industri), PT Kalla Inti Karsa, PT Bumi Sarana Utama, dan PT Bukaka Singtel International.

Atas prestasinya di dunia usaha, JK dipilih dunia usaha menjadi ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), ketua Dewan Per­timbangan Kadin Indonesia (1997-2002), ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Sulsel (1985-1995), wakil ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang).

Di bidang pendidikan, JK menjadi ketua Yayasan Pendidikan Hadji Kalla yang mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, ketua Yayasan Pendidikan Al-Ghazali, Universitas Islam Makassar. Selain itu, dia menjabat ketua Dewan Penyantun (trustee) pada beberapa universitas, seperti Unhas Makassar, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Universitas Negeri Makassar (UNM), ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina, dan ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas.

JK dikenal sebagai mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) wilayah Sulsel, melanjutkan tanggung jawab ayahnya yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU Wilayah Sulsel. Bersama almarhum Jenderal Muhammad Jusuf, mantan Panglima ABRI, JK terpilih menjadi ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami. JK juga terpilih sebagai ketua Forum Antaragama Sulsel.

Penggemar olahraga golf ini selama sepuluh tahun (1980-1990) menjadi ketua Persatuan Sepak Bola Makassar (PSM) dan pemilik klub sepak bola Makassar Utama (MU) pada 1985-1992.

JK menikahi Hajah Mufidah Miad Saad pada 1967 dan dika­runiai satu putra, Solichin Kalla, serta empat putri, yakni Muchlisah, Muswirah, Imelda, dan Chae­rani. Pasangan JK-Mufidah memperoleh sembilan cucu, yakni Ahmad Fikri, Masyitah, Jumilah Saffanah, Emir Thaqib, Rania Hamidah, Aisha Kamilah, Siti Safa, Rasheed, dan Maliq Jibran.(jawapos)

Sumber :

Related Post