Biografi Kwik Kian Gie

Kwik Kian GieKwik Kian Gie atau ??? (mandarin: Guo Jianyi) merupakan pria keturunan Tionghoa yang lahir di Pati - Jawa Tengah, 11 Januari 1935. Ia seorang ahli ekonomi sekaligus politikus yang sangat disegani oleh kawan maupun lawan. Keteguhan pada nilai-nilai kebenaran dan nasionalisme serta selalu mengkritik hal yang salah, membuat Kwik Kian Gie tidak disukai mereka-mereka yang ’salah langkah’.

Setelah menamatkan pendidikan SMA-nya, Kwik melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia selama setahun untuk tingkat persiapan. Kemudian tahun 1956, Kwik melanjutkan studi Nederlandsche Economiche Hogeschool, Rotterdam Belanda(1956-1963). Jiwa pengabdiannya pada negeri ini telah diwujudkan sesaat setelah Kwik lulus dari kuliahnya. Tahun 1963-1964 Kwik bekerja sebagai asisten atase kebudayaan dan penerangan pada Kedutaan Besar RI di Den Haag. Setahun kemudian menjadi Direktur Nederlands Indonesische Geoderen Associatie (1964-1965). Lima tahun selanjutnya menjadi Direktur NV handelsonderneming “Ipilo Amsterdam”.

Tahun 1970, di usianya ke-35, Kwik kembali ke tanah air. Selama setahun ia sempat menganggur. Dan di tahun 1971, Kwik terjun ke dunia bisnis dan mendirikan PT Indonesian Financing & Investment Company. Kepiawaianya dalam ekonomi bisnis, mendapat kepercayaan berbagai perusahaan memintanya menjadi pimpinan perusahaan. Pada tahun 1978, tercatat ada minimal 3 perusahaan yang dipimpin Kwik yakni sebagai Direktur sekaligus Pemegang saham PT Altron Panorama Electronic, Dirut PT Jasa Dharma Utama, dan Komisaris PT Cengkih Zanzibar.

Mulai tahun 1985 (24 tahun silam), Kwik telah menulis ide kreatif mengenai ekonomi di Harian Kompas demi mengedukasi perspektif masyarakat. Setelah cukup mapan (sudah kaya), pada usia 42 tahun Kwik resmi terjun ke dunia pendidikan dan pengamat ekonomi. Secara bertahap Kwik mulia meninggalkan dunia bisnis. Di bidang pendidikan, tahun 1987 bersama Djoenaedi Joesoef dari Konimex dan Kaharudin Ongko dari Bank Umum Nasional, Kwik mendirikan Institut Bisnis Indonesia (IBiI). Kwik pun dipercayai menjabat sebagai Ketua Dewan Direktur sejak pendiriannya.

Petualangan sebagai pengamat ekonomi Indonesia yang melihat dan mengamati langsung sistem pemerintah yang begitu korup dan sarat KKN serta otoriter di era Soeharto ‘memaksa’ Kwik harus terjun ke dunia politik. Berbekal pengalaman dan tulisan-tulisan beliau yang sangat populer di Kompas, Kwik terjun ke dunia politik bukan karena uang, melainkan ingin merubah Indonesia yang lebih baik. Ia rela melepas dunia bisnisnya : “Saya sudah punya cukup uang untuk membiayai semua yang saya inginkan,” katanya suatu kali kepada Matra. Kondisi ini sangatlah ironis dengan maraknya para politisi baru saat ini yang menjadi caleg/pilkada hanya lebih untuk meraup uang negara dan meningkatkan prestise. Kwik terjun ke dunia politik setelah dirinya mapan, dan ia konsisten memperjuangkan ilmunya (ekonomi dan pendidikan) untuk bangsa Indonesia…. Kembali sangat ironis…saat ini banyak yang menjadi caleg dengan hanya berlatar belakang ‘popularitas tampang/wajah’.

Sumbangsih Politik Kwik

Perjuangan politik Kwik dimulai dengan bergabung dengan PDI pro Megawati [hanya ada Golkar yang berkuasa, PPP dan PDI]. Meskipun terjun ke dunia politik, namun Kwik konsisten dengan ilmu, sikap dan pengalamannya. Di PDI, Kwik menjabat sebagai salah satu Ketua DPP sekaligus tim Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) PDI. Meskipun kemudian Mega disingkirkan oleh pemerintah dari PDI pada Juni 1996, ia tetap konsisten membela dan mendukung Mega. Menurut Kwik, kemanusiaan Mega sangat tinggi. “Kemanusiaannya besar sekali, sehingga Mega tidak bisa melihat darah mengalir, kerusuhan atau kematian. Dia terus menerus berpesan agar anggota PDI menjaga diri dan menghindari kerusuhan,” katanya suatu kali.

Ia menambahkan, bahwa Mega itu manusia yang mirip Bung Karno, “dan logisnya luar biasa“. Ia hidup untuk melayani orang lain. Itu tak lain karena Mega dilahirkan dalam keadaan untuk melayani orang lain. “Jadi kalau dia peduli terhadap kehidupan bangsa ini, itu bukan dibuat-buat, bukan agar dia menjadi orang berpangkat atau orang penting,” tambah Kwik. Rasa sikap hormat Kwik pada Mega ketika itu memang wajar, karena dia berhubungan dan bertukar pikiran langsung dengan Megawati. Ia juga menegaskan bahwa ia tidak mengatakan bahwa Megawati mempunyai segala kwalitas sebagai Presiden R.I., tetapi jelas mempunyai banyak kwalitas yang krusial sebagai panutan. [estetic quotient]

Apa itu? Moral yang tinggi, integritas yang tinggi, tidak munafik, berani membela kebenaran, keadilan dan demokrasi tanpa memikirkan sedikitpun apa resiko untuk dirinya. [petualangan Kwik bersama PDI hingga kasus 27 Juli 96 ]. Mengapa saya mengatakan bahwa sifat-sifat dan karakter seperti ini adalah krusial untuk dijadikan panutan? Karena semua malapetaka yang sedang kita hadapi kalau ditelusuri sampai pada akar-akarnya, penyebabnya adalah moralitas yang rendah, tiadanya integritas, berkecamuknya KKN, kepalsuan, kemunafikan dan kepura-puraan.

Keteguhan Kwik pada Mega yang tersingkirkan oleh pemerintah, akhirnya berbuah manis. Setelah era orba jatuh dan dibarengin lahirnya reformasi, Megawati bersama PDI Perjuangan memenangi Pemilu 1999. Selama setahun kwik menjadi Anggota MPR/DPR-RI sekaligus menjadi Wakil Ketua MPR-RI. Gus Dur pun lihai melihat talenta dan semangat Kwik, maka iapun diangkat menjadi Menko Ekuin (1999-2000). Meskipun suara ‘kata reformasi’ berkumandang keras di negeri ini, namun masih banyak anggota Kabinet dan oknum pemerintah pada saat itu yang masih bermental kompeni, bermental asing, bermental korporasi, bermental korupsi,dan tentu saja Kwik sangat menentang itu. Apa daya mau dikata, hasrat Kwik untuk membersihkan kabinet kotor akhirnya diserang oleh orang-orang yang merasa kepentingannya terganggu. Maka berbagai isu miring dilontarkan pada pribadi Kwik. Dan berbagai desakan politik busuk saat itu dan diiringi tudingan miring, akhirnya Gus Dur terpaksa memberhentikan Kwik sebagai Menko Ekuin. Dengan dilematis, Kwik mengundurkan diri dari Menko Ekuin pada tahun 2000.

Ketika terjadi pergolakan politik antara MPR (Amien Rais) dan Presiden (Gusdur) yang berakhirnya berhentinya Gus Dur dari kursi Presiden dan diangkatnya Megawati sebagai Presiden ke-5 RI, Kwik kembali diangkat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Men. PPN) merangkap Ketua Bappenas pada Kabinet Gotong-Royong (2001-2004).

Pergulatan Politik

Meskipun Kwik Kian Gie sudah ‘nyaman’ dalam posisi eksekuitf tinggi di negeri ini sebagai Menko Ekuin, Men. PPN serta Kepala Bappenas, Kwik tidak berhenti mengambil keputusan saja sebagai menteri. Ia masih bersikap sebagai pengamat yakni sering melontar pendapat yang berbeda dari kebijaksanaan yang diputuskan kabinet atau pemerintah. Ketika suaranya tidak didengar di Kabinet atau tidak diundang pada sidang Kabinet yang penting, Kwik tidak segan-segan menegur dan mengkritisi menteri seposisinya bahkan seorang atasannya, Presiden Megawati. Tidaklah heran jika sekelompok menteri, segrup pengusaha, segerombolan negara kapitalis benci sama pendirian Kwik.

Akibatnya, tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong yang pada mulanya disebut The Dream Team itu menjadi terkesan amburadul. Tidak ada kordinasi. Ada yang berpendapat bahwa Menko Ekuin Dorodjatun Kuntjoro Jakti tidak mampu memimpin timnya. Tapi sebagian lagi menyatakan bahwa Kwik lebih baik mengundurkan diri dan kembali kehabitatnya sebagai pengamat. Kegaduhan tim ekonomi ini dimanfaatkan pula oleh kalangan politisi dan aktivis politik sebagai pintu masuk menyoroti lemahnya kepemimpinan Presiden Megawati. Ada juga yang memanfatkannya dengan menyarankan dilakukannya reshuffle kabinet sesegera mungkin.

Tapi Megawati tampaknya telah belajar dari ringan tangannya Gus Dur mengganti menterinya. Sehingga selamatlah Kwik dan tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong lainnya dari pemberhentian. Kwik sendiri sudah mengalami pergantian dengan ‘dipaksa’ mundurnya dia dari jabatan Menko Ekuin oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Ia ‘dipaksa’ mundur setelah ia dibuat frustrasi seperti ditulis Suara Pembaruan edisi Jumat (11/8 ) mengutip sumbernya, “Pak Kwik sering tidak tahan menghadapi ulah para menteri, utamanya yang dekat dengan Presiden, karena mereka tidak pernah mau datang ke rapat-rapat koordinasi.” Mereka juga menilai bahwa Kwik lebih pas sebagai pengamat ketimbang jadi eksekutif, pengambil keputusan. Hal yang sama hampir saja terjadi jika Kwik bukan kader PDIP dan jika Presiden Megawati menuruti keinginan para politisi dan pengamat. Hari ini mungkin Kwik tidak lagi sebagai eksekutif tapi sudah berkonsentrasi sebagai pengamat, dunia yang sangat dijiwainya.

Kwik Kian Gie yang Tidak Lupa Diri

Meskipun Kwik menjabat Menteri di Kabinet Megawati, hal ini tidak membuat Kwik hanya menikmati jabatannya. Pada tanggal 7-8 November 2001, Pak Kwik menyampaikan pidato yang sangat menusuk bagi CGI maupun pejabat-pejabat saat ini maupun tempo dulu. Sebagai Men. PPN dan kepala Bappenas, pidato Kwik mempunyai makna yang besar bagi bagi penyelenggaraan negara dan perekonomian kita, terutama bagi kehidupan moral bangsa kita, dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dewasa ini.

Dalam pembukaan pidatonya yang berjudul “Effective use of foreign aid” itu, ia menyatakan rasa malunya bahwa sebagai pejabat pemerintahnya ia terpaksa menjalankan tugas, yang pada intinya adalah untuk mengemis tentang persoalan utang, atas nama bangsa. Pernyataan Kwik sekaligus menyentil lembaga keuangan dunia yang selama ini ‘menjerumuskan’ Indonesia dengan utang. Persoalannya sederhana, lembaga keuangan dunia tahu pasti bahwa sebagian utanngya, tidak kurang 30% dikorupsi, yang seharusnya bertentangan dengan syarat dari sebuah lembaga keuangan untuk memberikan pinjamannya. [skenario tingkat tinggi].

Yang juga amat menarik (dan amat penting) yalah ketika ia mengungkapkan bahwa ia sudah sering mengatakan hal-hal itu semua, dan bahwa ia telah ditegur oleh para ekonomis senior, yang di masa lalu telah, dan sekarang, masih memainkan peran penting dalam pengurusan ekonomi negeri kita, yang menganjurkan supaya ia tidak lagi memandang ke belakang saja dan supaya mulai melihat ke hari depan. Tetapi, katanya, ia tidak mau mendengarkan nasehat semacam itu, apalagi yang berasal dari para ekonomis yang telah mempunyai peran besar dalam menjadikan Indonesia menjadi bangsa pengemis.

Ekspresi yang digunakan Menteri Kwik Kian Gie adalah keras, atau tidak tanggung-tanggung!. Apalagi ketika ia mengatakan bahwa para ekonomis yang itu-itu jugalah yang telah melakukan mis-management dalam soal utang luarnegeri kita dan menggiring negeri kita ke dalam kesulitan-kesulitan kita dewasa ini. Oleh karena itu, ia berpendirian bahwa perlu sekali sering memandang ke belakang untuk mengetahui apa-apa saja yang menjadi sumber-sumber kesulitan atau sebab-sebab kesalahan itu. Adalah tidak fair dan tidak adil, katanya, bahwa mereka yang telah membikin kesalahan-kesalahan itu sekarang bisa memegang kekuasaan dan berusaha untuk menguburkan masa lalu. Mereka inilah yang menghalang-halangi orang-orang yang jujur dan memiliki kemauan baik untuk mengobati sebab dan akibat korupsi dan mis-management masa lalu, tegasnya.

Mengenai utang dalam negeri, yang sekarang sudah mencapai Rp650 trilyun, ia mengatakan bahwa ia dikritik karena telah terlalu banyak bicara tentang akibat-akibatnya. Menurutnya, kritik-kritik itu diucapkan oleh orang-orang yang ingin menutup-nutupi dan mengubur begitu saja ketidakadilan yang terjadi di masa lalu. Kritik-kritik ini datang dari para birokrat yang itu-itu juga yang telah membolehkan para pemilik bank untuk berulangkali melanggar batas-batas legal peminjaman uang, menyalurkan jumlah-jumlah besar uang para penyimpan uang ke dalam perusahaan mereka sendiri dengan cara peminjaman yang di mark-up. Kenyataan ini terlalu menyolok.

Tentang utang pemerintah, ungkapan Kwik Kian Gie di depan sidang internasional ini juga sangat pedas dan dengan bahasa yang polos pula ketika ia mengatakan : “Apakah utang-utang itu juga dikorupsi, sehingga kita tidak bisa membayarnya kembali, walaupun kita terus mengeduk satu lobang untuk menutupi lainnya? Bagi saya, jawabannya adalah jelas sekali. Profesor Sumitro Djoyohadikusumo, pendiri fakultas ekonomi dari Universitas Indonesia yang memiliki prestise tinggi, dan karenanya adalah guru yang amat terhormat bagi birokrat-birokrat yang berkuasa, pernah menyatakan bahwa paling sedikitnya 30% dari pinjaman yang diberikan kepada pemerintah Indonesia telah dicuri. Ini berarti bahwa paling tidak 30% pinjaman dari Anda sekalian telah dicuri”, katanya kepada para wakil negara donor dan badan-badan internasional yang hadir dalam sidang CGI itu.

Dan selama menjadi menteri, jelas Kwik Kian Gie menolak kehadiran IMF di bumi Indonesia. Kwik Kian Gie menyentil para ekonom senior yang telah merusak ekonomi Indonesia dengan memasukkan ratusan miliar dollar utang dengan sedikitnya 30% dikorup selama lebih 32 tahun. Dan pola ini pun sempat dan masih terjadi setelah reformasi. Indonesia pengemis telah kalah dengan Malaysia yang telah lama mandiri dari Word Bank dan IMF. Dan Kwik Kian Gie kerap kali menekankan bahwa untuk mengubah Indonesia yang lebih baik, maka dibutuhkan obat sekaligus dokter-dokter yang secara serius menyembuhkan penyakit korupsi yang merajalela, utang dalam dan luarnegeri yang menumpuk, mis-management dalam penyelenggaraan perekonomian, dan kerusakan moral. Keempat hal inilah yang menyebabkan Indonesia diujung tanduk. [obat:konstitusi, dokter:pemimpin]

Kekecewaan Kwik Kian Gie?

Mungkin [berdasarkan pengamatan saya/penulis] ada banyak hal yang masih Kwik kecewa ketika menjadi menteri. Selain Kwik sangat menentang penjualan BUMN strategsi yang dilancarkan oleh eks Men. BUMN Laksamana Sukardi bersama Kabinet Megawati (kecuali Kwik dan hanya beberapa menteri lain). Mungkin sampai saat ini Kwik masih kecewa dengan alasan Laksamana Sukardi yang mengobral BUMN dengan alasan tidak masuk akal. Terutama penjualan BCA ke Farallon.

Satu hari sebelum penandatanganan penjualan BCA kepada Farallon terjadi sidang kabinet terbatas tidak resmi selama tiga jam. Perdebatan sangat sengit. Sebelum tuntas, pada jam 18.00 Menko Dorodjatun menghentikan rapat, mengajak Meneg BUMN Laksamana Sukardi melapor kepada Presiden Megawati bahwa penandatanganan penjualan keesokan harinya dapat dilakukan. Dalam rapat tersebut hanya Kwik Kian Gie yang menentang sangat keras. Yang lainnya menyetujui.

Pemerintah yang masih lembek ditambah oknum-oknum menteri yang tidak bertanggung jawab menjual Bank-bank milik pemerintah Indonesia yang di dalamnya ada surat tagihan kepada pemerintah (atau dirinya sendiri) dijual dengan harga murah kepada swasta, antaranya banyak swasta asing. Contoh yang paling fenomenal tentang ketidak warasannya kebijakan pemerintah dalam bidang ini adalah penjualan BCA 97% dari BCA sudah milik pemerintah. Di dalamnya ada OR atau surat utang pemerintah sebesar Rp 60 trilyun. IMF memaksa menjualnya kepada swasta dengan harga yang ekuivalen dengan Rp 10 trilyun. Jadi BCA harus dijual dengan harga Rp 10 trilyun, dan yang memiliki BCA dengan harga itu serta merta mempunyai tagihan kepada pemerintah sebesar Rp 60 trilyun dalam bentuk OR yang dapat dijual kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. (Sumber : Kwik Kian Gie : Proses Terjajahnya Kembali Indonesia Sejak Bulan November 1967 – artikel 4)) Jadi transaksi BCA oleh Laksamana Sukardi CS dibawah bisikan IMF telah merugikan negara hingga Rp 50 triliun..

Pada tanggal 13 Maret 2002, sehari sebelum bank BCA dijual Farallon Capital Partners bersama Djarum [14 Maret 2002] , rapat kabinet yang dipimpin oleh Megawati sebenarya tidak mengagendakan penjualan BCA. Agenda rapat penjualan BCA baru muncul siang hari setelah rapat kabinet, ketika para menteri ekonomi berinisiatif mengadakan rapat terbatas di Gedung Departemen Kesehatan di Jalan Haji Rangkayo Rasuna Said, Jakarta.Di rapat itu Kwik Kian Gie yang menjadi Kepala Bappenas berdebat dengan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjorojakti, Meneg BUMN Laksamana Sukardi dan Menkeu Boediono. Tiga menteri itu menyetujui agar BCA segera dijual sementara Kwik tidak setuju. Alasan Kwik kalau BCA harus dijual, maka obligasi rekap pemerintah di BCA harus terlebih dulu dikeluarkan. Hal itu penting, karena dalam pandangan Kwik, semua obligasi itu hanya digunakan sebagai instrumen bukan obligasi yang sebenarnya. Obligasi rekap adalah salah satu klausul letter of intent yang disodorkan oleh Dana Moneter Internasional, IMF kepada Indonesia. Namun rupanya setelah bank-bank itu sudah sehat dan bebas dari kredit macet, IMF mendesak bank-bank yang sudah sehat itu termasuk BCA harus dijual bersama obligasinya.

Dampaknya adalah pada besarnya beban utang pemerintah, baik utang luar negeri maupun dalam negeri untuk tahun anggaran 2006 sebesar Rp 140,22 trilyun, yaitu beban bunga sebesar Rp 76,63 trilyun dan cicilan utang pokoknya sebesar Rp 63,59 trilyun. Jumlah ini pengeluaran terbesar setelah keseluruhan pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik rutin maupun pembangunan.

Disamping itu, banyaknya andil yang diperankan oleh sekelompok elit yang menyetir PDIP membuat Kwik dalam acara The Candidate menanggapi dengan mengatakan, “saya sudah tidak aktif lagi di PDIP ketika ‘PDIP’ sudah berubah”. Yah….publik tahu siapa saja yang mempengaruhi PDI-P dan mempengaruhi Mega, salah satunya Mas Taufik Kiemas.

Seorang Kwik pun Tidak Ditanggapi oleh Pemerintah, apalagi Kita.

Dalam salah satu forum diskusi di koraninternet, seorang berkomentar (inisial Dewo) dan menanyakan mengapa Kwik baru berkomentar tentang masalah-masalah bangsa, padahal sejak dulu Pak Kwik mengerti hal-hal yang mengenai solusi atas bobroknya ekonomi di tangan pemerintah.

Kenapa baru sekarang Bapak berkomentar, padahal sudah sejak dulu Bapak mengerti masalah ini.
Pada saat Bapak duduk di pemerintahan mengapa tidak mambantu rakyat untuk menyelami hal ini mungkin dengan membuat tuisan2 seperti ini atau berteriak lantang kepada para pemimpin kita saat itu.

Kalau sekarang Bapak baru mengirimkan opini kita sudah sangat terlambat karena kita sama2 orang sipil yg tidak akan pernah ada harganya di mata pemerintah.

Kalau memang Bapak ingin membantu kami, sudi kiranya Bapak bekerja sama dengan salah satu stasiun televisi swasta untuk meminta penjelasan dari perwakilan pemerintah atau minta disediakan spot khusus pada jam tertentu di acara televisi.

Jadi saran saya tolong berikan sesuatu yang konkrit kepada masyarakat kita. Karena Anda adalah pakar ekonomi yg mengerti sekali dan saya anggap cerdas serta kritis.

Terima kasih dan hormat saya,
Dewo (20 Jan 2009)

Jawaban Pak Kwik (tanpa di edit) tertanggal 23 Jan 2009

Sejak tahun 1980 saya sudah mengemukakan pendapat-pendapat seperti yang tercantum dalam artikel di KoranInternet ini tentang kebijakan BBM, dan terutama dengan apa yang dinamakan “subsidi”.

Sejak sekitar 12 tahun yang lalu juga saya banyak menulis tentang hal yang sama dalam berbagai media massa yang jumlah artikelnya tidak kurang dari 14.

Ketika dalam kabinet selalu mengemukakan hal yang sama dalam sidang-sidang kabinet. Karena itu, ada tekanan sangat besar pada Presiden Abdurrachman Wahid untuk memecat saya sebagai Menko EKUIN. Selama dalam Komisi IX DPR RI juga selalu saya kemukakan. Kemudian sebagai Menteri dan Kepala Bappenas yang ex officio Komisaris Pertamina ketika masih berbentuk Perum juga saya kemukakan.

Kesemuanya tidak pernah ditanggapi. Karena itu saya sebagai Menko EKUIN minta melihat dan mempelajari semua pembukuan Pertamina dan pembukuan di Departemen Keuangan yang ada hubungannya dengan minyak dan BBM. Semuanya ditolak dengan alasan bahwa sudah merupakan tradisi yang boleh hanya Presiden dan Menteri Keuangan.

Dalam tahun 2008, kecuali menulis sangat banyak artikel dan memberikan paparan-paparan dalam berbagai seminar juga saya kemukakan. Saya diundang oleh Panitia Angket BBM di DPR RI, dan telah memberikan kesaksian di bawah sumpah dengan pikiran-pikiran dan perhitungan-perhitungan yang sama. Dalam tahun 2008 itu juga saya diundang oleh MM Manajemen UI memberikan paparan di aula FE UI dengan pembicara-pembicara lainnya Dirut Pertamina Arie Sumarno dan Dekan FE UI, Prof. Bambang Bodjonegoro.

Semuanya tidak dihiraukan. Kalau Anda berkenan, saya dapat memberikan bagian besar dari pikiran-pikiran tersebut kepada anda melalui e-mail.

Banyak terima kasih.
Kwik Kian Gie

Penutup

Begitulah kisah singkat perjuangan Kwik. Saya mulai mengagumi beliau sejak akhir 2007 ketika saya membaca buku John Perkins dan melihat kesamaan pemikiran dan pergerakan yang pak Kwik tawarkan, seorang Tionghoa namun sangat nasionais dan cinta pada negeri ini. Di masa tuanya (74 tahun) ia tetap berusaha menuangkan ide-ide demi mengedukasi masyarakat agar mata saudara-saudara di negeri terbuka lebar. Hentikan pembodohan oleh aparat pemerintah. Hentikan kebijakan yang membuat masyarakat menjadi kelas nomor ke-5 setelah kepentingan pengusaha, asing, politik dan kepentingan penguasaha. Ciptakan budaya berdirikari, dan tingkatkan moralitas bangsa.

Beberapa tulisan beliau membuat saya meneteskan air mata, karena masih ada orang tua seperti beliau yang mau berbagi ilmu pengetahuan dengan gratis. Dan saya yakin bahwa walaupun suara dan tulisan Pak Kwik tidak didengar oleh pemerintah saat ini, namun secara tidak langsung, pak Kwik telah memberikan harta karun terbesar buat saya dan buat sebagian rakyat yang merasakan ‘embun-embun’ pencerahan untuk berbakti pada negara dan rakyatnya.

Dan satu hal yang menarik ketika Kwik tampil di The Candidate, ketika Fifi Alayda Yahya menanyakan ‘apakah Bapak akan maju sebagai Capres 2009?. Kwik dengan tegas mengatakan “Tidak“. Lalu, Fifi menanyakan kembali, ‘Apakah dalam pikiran pak Kwik terlintas ingin menjadi Presiden?”. Sekali lagi pak Kwik menjawab, “Tidak sama sekali“. Beliau hanya berharap dapat menjadi penasehat presiden (wantimpres) dalam bidang ekonomi. Bukan kekuasaan yang ia incar, namun kontribusi yang tepat sasaran. Toh….beliau memang lebih tepat menjadi penasehat ekonomi asalkan Presiden 2009 adalah presiden yang ‘benar’. Benar artinya bukan bermental kompeni, liberal-kapitalis, pengemis utang luar negeri dan dalam negeri, dan hanya menjadi bangsa penonton (Blok Cepu, UU Migas, mendewakan kedatangan Bush dengan meng-jump sinyal HP di Bogor, obral BUMN : Indosat, Telkom + 38 daftar BUMN yang akan diobral 2008-2009 ).

Saya berharap, semoga harapan Pak Kwik ini terealisasi dan pemimpin 2009 ini adalah pemimpin yang didambakan oleh Kwik. [FYI : Kwik sendiri tidak merekomendasi Mega sebagai Capres. Kwik juga sangat mengkritisi pembingungan yang dilakukan pemerintah incumbent]. Disamping ituk, saya pun mulai menulis dan mencoba mengikuti jejak langkah beliau. Walaupun saya tidak bertemu beliau secara langsung, tetapi saya merasakan getaran nasionalis dan ketulusan beliau untuk mewujudkan Indonesia baru sesuai dengan cita-cita para founding father bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 (sebelum amandemen). Meskipun suara dan pemikiran Anda tidak ditanggapi penguasa saat ini, namun saya yakin ’suara dan pemikiran’ Bapak kini sedang bersemai di ladang pemikiran kami. Kelak benih-benih yang Pak Kwik taburkan dapat tumbuh, berkembang dan menular kepada generasi kami. Semoga Kwik-Kwik baru muncul bertebaran di negeri ini, dan penguasa akhirnya mendengar konsepsi-mu.

Terima kasih pak Kwik…………Lanjutkan perjuanganmu..

Sumber :

Related Post